AWAL DARI LANGKAH BESAR RGSB BATCH 2
Pukul 07:30 WIB pesawat berhasil landing dengan selamat di landasan
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Setibanya di terminal kedatangan kami telah
ditunggu oleh Mas Andri Hidayat. Namun ternyata kami harus menunggu bus jemputan
dari Pertamina kurang lebih selama 2 jam lebih. Sebelumnya kami juga harus
menjemput Relawan Guru Sobat Bumi delegasi dari Universitas Negeri Jakarta di
dekat kampus UNJ.
Sekitar pukul setengah satu siang akhirnya
kami tiba di Hotel Patra Jasa kompleks Pertamina Learning Centre, Simprug Jakarta Selatan. Setelah
pembagian kamar dan menaruh barang-barang bawaan di kamar, kami pun dikumpulkan
kembali di Borobudur Room tempat meeting di Hotel itu. Selama 4 hari pun kami
dibekali berbagai macam ketrampilan mulai dari pengalaman angkatan pertama
RGSB, pembelajaran sains sederhana tapi menarik, pemberdayaan masyarakat,
hingga pembelajaran aktivitas fisik dengan permainan. Semakin hari pun kami
ber-20 orang semakin akrab dan sudah seperti saudara sendiri. Akhirmya tiba
hari pemberangkatan tanggal 18 Agustus 2014, pagi hari hingga siang hari kami
ikuti acara launching Program Inspirasi Indonesia Timur dari Pertamina
Foundation. Setelah acara itu kami sibuk mempersiapkan apa saja yang kurang
untuk bekal ke daerah penerjunan disana yaitu PAPUA.
Setelah berpamitan dengan Ibu Nina Nurlina
dan Bapak Ahmad Rizali, akhirnya kami ber-20 berangkat menuju Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng. Ada hal unik saat kami menimbang barang bawaan kami
semua ber-20. Ternyata barang bawaan kami kelebihan muatan hingga 30 kg. Pukul 22:30
pesawat Lion Air yang kami tumpangi take
off menuju Bandara Sentani, Jayapura.
Akhirnya saat-saat yang ditunggu pun tiba,
saya menginjakkan kaki pertama kalinya di tanah Papua Senin 19 Agustus 2014
pukul 06:00 WIT tepatnya di Bandara Sentani, Jayapura. Setelah menunggu cukup
lama bus dan truck dari RINDAM XVII Cendrawasih pada akhirnya kami diantar ke
barak atas kompleks Bela Negara RINDAM XVII Cendrawasih. Sesampainya disana
kami membereskan barang bawaan dan langsung diajari cara memakai seragam yang
akan digunakan selama pelatihan disitu. Kemudian kami mengantri untuk dicukur “cepak”
ala tentara sambil beres-beres barang bawaan yang tadi belum selesai dirapikan.
Setelah semuanya rapi dicukur kami ber-20 pergi Sholat berjamaah dengan
berjalan kaki menuju Masjid. Sebenarnya letak Masjid cukup dekat dengan barak
kami, namun karena aturan yang berlaku kami diwajibkan untuk berjalan kaki
memutar cukup jauh.
RGSB BATCH 2 saat "ditempa" di RINDAM XVII CENDRAWASIH
Selama pelatihan kurang lebih satu minggu di
RINDAM XVII Cendrawasih yang terletak di daerah Ifargunung Sentani, banyak cerita dan kenangan
yang membekas di hati. Mulai dari tatacara makan yang rumit, seragam yang hanya
satu stel saja dan digunakan setiap kali harus Sholat berjamaah di Masjid, sulitnya
waktu istirahat dan berkomunikasi dengan orang rumah, pendamping dan pemateri
yang bermacam-macam watak, hingga kejahilan-kejahilan teman-teman RGSB Batch 2
yang selalu teringat hingga sekarang,
Hari Minggu tanggal 24 Agustus pun menjadi
hari terakhir kami bersama karena 10 dari 20 peserta RGSB Batch 2 harus
berangkat pagi-pagi menggunakan pesawat ke Sorong dan Merauke. Saat itu hanya
saya sendiri yang tidak ikut mengantar mereka sampai ke Bandara karena harus
menjaga barak. Tidak tahu mengapa hari itu terasa berbeda bagi saya. Padahal
baru dua minggu kami dikumpulkan namun ikatan pertemanan terasa begitu dekat.
Setelah itu giliran kami 10 orang peserta terakhir yang ditugaskan di Kabupaten
Keerom berangkat dari RINDAM XVII Cendrawasih pukul 15:30 wit menuju Abepura ke
rumah mess Dinas milik Dinas P dan P Kab Keerom. Malamnya kami diajak Bapak
Irianto ke Mall Jayapura guna membeli BAMA (bahan makanan) untuk bekal selama
di tempat penugasan nanti. Setelah berbelanja cukup banyak kami makan malam di
Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Kaget memang ternyata RM Ayam Bakar Wong Solo
bisa buka cabang sampai di Papua karena biasanya saya lihat di Jawa saja.
Esoknya hari Senin kami menuju Arso 2 guna
menghadiri pertemuan dengan Kepala Dinas P dan P (Pendidikan dan Pengajaran) beserta
jajarannya di SMK Negeri 1 Keerom. Beberapa teman kami telah dipindah tugaskan
dari daerah yang sulit dijangkau dengan kendaraan darat ke daerah yang lebih
terjangkau. Nyaris hanya 3 orang yang belum dipindah tugaskan termasuk saya.
Saya sendiri ditugaskan di SD YPPK Akarinda di distrik Web. Namun jika ingin
kesana harus menuju Ubrub terlebih dahulu (8 jam dari Abepura), setelah itu
dari Ubrub masih harus berjalan kaki 8 jam (ukuran orang pribumi) untuk sampai
ke Akarinda. Belum lagi disana tidak ada puskesmas dan pos TNI. Saya pun gundah
bukan kepalang karena saya yang notabene orang yang baru datang ke PAPUA harus
hidup di daerah super terpencil seperti itu.
Setelah penyambutan tadi kami pun diajak makan
siang oleh pak Jaswadi selaku pengawas SD kab Keerom di rumah makan yang tidak
jauh dari kantor dinas p&p.
Setelah makan siang kami berpisah. 6 orang
ikut mobil xenia yg dikendarai oleh mas Andri dan sisanya ikut mobil dinas. Mas
andri yang ingin bertemu anak didiknya dulu di Waris yang sekarang sudah
bersekolah di SMP Arso. Namun ternyata anak didiknya sedang ke kebun mencari
kayu bakar. Kemudian kami pergi ke Dekenat bertemu Pater Eman guna meminta
nomor Pater-Pater yang ada di Ubrub dan Yuruf. Setelah berbincang-bincang
cukup lama kami pun pamit untuk menuju ke Kodim karena ada tugas yg harus
diselesaikan mas Andri.
Di tengah2 perjalanan sekitar pukul 13:30
ketika melewati lembah dengan pemandangan hutan pinggir teluk yang sangat
indah. Mas Andri pun menawari kami untuk berfoto-foto namun teman-teman
menolaknya karena waktu yang mepet. Mobil yang sudah sedikit menepi langsung
berbelok kembali ke aspal. Tapi saat itulah ban belakang selip dan mobil oleng
tidak terkendali dan mobil sempat berguling-guling sebanyak 2kali. Saya yang
berada di seat tengah sisi kiri pun hanya bisa beristighfar dan berdoa smoga
saya bisa tetap hidup dan selamat karena di pikiran saya hanya terbayang wajah
bapak saya yang tinggal seorang diri di rumah setelah ditinggal ibu serta kakak
saya meninggal di bulan September dan Maret.
Tak disangka dan tak terduga saya selamat.
Saya kira hanya saya yang selamat karena melihat kecelakaan yang begitu
dahsyatnya. Namun ternyata kami bertujuh bisa selamat tanpa luka-luka parah.
Mungkin hanya saya yang terluka cukup parah karena telapak tangan kanan dan
tangan kiri saya berdarah cukup banyak akibat terbentur kaca mobil yang pecah.
Namun langsung bisa ditangani dengan baik karena ada kotak p3k yang masih ada
di belakang mobil. Sontak saya hanya bisa duduk lemas dan bersyukur tiada henti
kepada Allah karena kami masih diberi kesempatan kedua untuk hidup dan mengabdi
di ujung timur Indonesia nan indah ini.
Sesaat setelah kecelakaan
Setelah kejadian tersebut, kami berlima sebagai
penumpang mobil tadi diantar pulang dulu ke mess dinas di Kotaraja guna
istirahat. Sementara mas Andri dan Evanda yg duduk di depan masih di TKP
beserta teman-teman RGSB yag lain mengurus evakuasi mobil. Setibanya di rumas
dinas pun saya langsung tidur di kamar bersama anggi yg sempat shock akibat
kecelakaan tadi.
Setelah kecelakaan itu silih berganti
beberapa orang dari Dinas dan kenalan mas Andri yang ada di sekitar Jayapura
pun datang ke mess guna mengecek keadaan teman-teman RGSB. Mas Andri pun sibuk
bukan main setelah kejadian itu karena selain harus mengurus mobil yang rusak
cukup parah, ia juga harus mengurus keperluan kami yang masih kurang.
Akhirnya hari penerjunan pun tiba. Tepatnya
hari Jumat 29 Agustus 2014 pukul setengah 6 pagi kami berangkat dari Mess Dinas
di Abe menuju tempat penempatan dengan empat mobil. Dua mobil menuju distrik
Web dan dua mobil lainnya menuju distrik Senggi. Setelah mengantarkan dua teman
kami di Yabanda dan Yurub, akhirnya kami bertiga; saya, Azis, dan Anggi tiba di
SD YPPK Ubrub pukul 14:00 WIT dan langsung menemui Pastor Willy yang ada di
Pastoran Ubrub dekat dengan sekolah.
Instruksi dari Bapak Irianto mengharuskan
saya dan Azis harus tinggal sementara terlebih dahulu di Ubrub bersama Anggi
sembari menunggu kepastian dari masing-masing Kepala Sekolah tempat kami akan
diterjunkan. Dan jika dalam jangka waktu seminggu tidak ada kabar pasti dari
masing-masing Kepsek, kami harus melaporkan ke Dinas. Alhasil hingga akhir
bulan Agustus kami bertiga hanya tinggal
di rumah guru sementara tidur beralaskan tikar di lantai dan adaptasi semampu
kami dan berkunjung ke tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Ubrub.
WEB, KABUPATEN KEEROM
BAGUS DWI MINARNO