Selasa, 30 Juni 2015

AWAL LANGKAH RELAWAN GURU SOBAT BUMI BATCH 2 PERTAMINA FOUNDATION


AWAL DARI LANGKAH BESAR RGSB BATCH 2



Tanggal 14 Agustus 2014 pagi-pagi buta pukul 04:30 WIB kami Relawan Guru Sobat Bumi delegasi dari Universitas Negeri Semarang sudah berkumpul di Bandara Ahmad Yani Semarang guna berangkat menuju Jakarta menggunakan maskapai penerbangan Lion Air. Pukul 06:00 WIB kami lepas landas dan terbang ke Jakarta. Beberapa dari kami banyak yang baru pertama kali naik pesawat terbang. Saya sendiri sebelumnya sudah pernah naik pesawat ke Bali pulang pergi. Ekspresi teman-teman pun beragam, banyak yang merasa gugup, senang, bahkan ada teman kami yang mabuk udara namun tidak jadi muntah karena didekati pramugari.
Pukul 07:30 WIB pesawat berhasil landing dengan selamat di landasan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Setibanya di terminal kedatangan kami telah ditunggu oleh Mas Andri Hidayat. Namun ternyata kami harus menunggu bus jemputan dari Pertamina kurang lebih selama 2 jam lebih. Sebelumnya kami juga harus menjemput Relawan Guru Sobat Bumi delegasi dari Universitas Negeri Jakarta di dekat kampus UNJ.
Sekitar pukul setengah satu siang akhirnya kami tiba di Hotel Patra Jasa kompleks Pertamina Learning Centre, Simprug Jakarta Selatan. Setelah pembagian kamar dan menaruh barang-barang bawaan di kamar, kami pun dikumpulkan kembali di Borobudur Room tempat meeting di Hotel itu. Selama 4 hari pun kami dibekali berbagai macam ketrampilan mulai dari pengalaman angkatan pertama RGSB, pembelajaran sains sederhana tapi menarik, pemberdayaan masyarakat, hingga pembelajaran aktivitas fisik dengan permainan. Semakin hari pun kami ber-20 orang semakin akrab dan sudah seperti saudara sendiri. Akhirmya tiba hari pemberangkatan tanggal 18 Agustus 2014, pagi hari hingga siang hari kami ikuti acara launching Program Inspirasi Indonesia Timur dari Pertamina Foundation. Setelah acara itu kami sibuk mempersiapkan apa saja yang kurang untuk bekal ke daerah penerjunan disana yaitu PAPUA.
Setelah berpamitan dengan Ibu Nina Nurlina dan Bapak Ahmad Rizali, akhirnya kami ber-20 berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Ada hal unik saat kami menimbang barang bawaan kami semua ber-20. Ternyata barang bawaan kami kelebihan muatan hingga 30 kg. Pukul 22:30 pesawat Lion Air yang kami tumpangi take off menuju Bandara Sentani, Jayapura.
Akhirnya saat-saat yang ditunggu pun tiba, saya menginjakkan kaki pertama kalinya di tanah Papua Senin 19 Agustus 2014 pukul 06:00 WIT tepatnya di Bandara Sentani, Jayapura. Setelah menunggu cukup lama bus dan truck dari RINDAM XVII Cendrawasih pada akhirnya kami diantar ke barak atas kompleks Bela Negara RINDAM XVII Cendrawasih. Sesampainya disana kami membereskan barang bawaan dan langsung diajari cara memakai seragam yang akan digunakan selama pelatihan disitu. Kemudian kami mengantri untuk dicukur “cepak” ala tentara sambil beres-beres barang bawaan yang tadi belum selesai dirapikan. Setelah semuanya rapi dicukur kami ber-20 pergi Sholat berjamaah dengan berjalan kaki menuju Masjid. Sebenarnya letak Masjid cukup dekat dengan barak kami, namun karena aturan yang berlaku kami diwajibkan untuk berjalan kaki memutar cukup jauh.


RGSB BATCH 2 saat "ditempa" di RINDAM XVII CENDRAWASIH

Selama pelatihan kurang lebih satu minggu di RINDAM XVII Cendrawasih yang terletak di daerah Ifargunung Sentani, banyak cerita dan kenangan yang membekas di hati. Mulai dari tatacara makan yang rumit, seragam yang hanya satu stel saja dan digunakan setiap kali harus Sholat berjamaah di Masjid, sulitnya waktu istirahat dan berkomunikasi dengan orang rumah, pendamping dan pemateri yang bermacam-macam watak, hingga kejahilan-kejahilan teman-teman RGSB Batch 2 yang selalu teringat hingga sekarang,
Hari Minggu tanggal 24 Agustus pun menjadi hari terakhir kami bersama karena 10 dari 20 peserta RGSB Batch 2 harus berangkat pagi-pagi menggunakan pesawat ke Sorong dan Merauke. Saat itu hanya saya sendiri yang tidak ikut mengantar mereka sampai ke Bandara karena harus menjaga barak. Tidak tahu mengapa hari itu terasa berbeda bagi saya. Padahal baru dua minggu kami dikumpulkan namun ikatan pertemanan terasa begitu dekat. Setelah itu giliran kami 10 orang peserta terakhir yang ditugaskan di Kabupaten Keerom berangkat dari RINDAM XVII Cendrawasih pukul 15:30 wit menuju Abepura ke rumah mess Dinas milik Dinas P dan P Kab Keerom. Malamnya kami diajak Bapak Irianto ke Mall Jayapura guna membeli BAMA (bahan makanan) untuk bekal selama di tempat penugasan nanti. Setelah berbelanja cukup banyak kami makan malam di Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Kaget memang ternyata RM Ayam Bakar Wong Solo bisa buka cabang sampai di Papua karena biasanya saya lihat di Jawa saja.

Esoknya hari Senin kami menuju Arso 2 guna menghadiri pertemuan dengan Kepala Dinas P dan P (Pendidikan dan Pengajaran) beserta jajarannya di SMK Negeri 1 Keerom. Beberapa teman kami telah dipindah tugaskan dari daerah yang sulit dijangkau dengan kendaraan darat ke daerah yang lebih terjangkau. Nyaris hanya 3 orang yang belum dipindah tugaskan termasuk saya. Saya sendiri ditugaskan di SD YPPK Akarinda di distrik Web. Namun jika ingin kesana harus menuju Ubrub terlebih dahulu (8 jam dari Abepura), setelah itu dari Ubrub masih harus berjalan kaki 8 jam (ukuran orang pribumi) untuk sampai ke Akarinda. Belum lagi disana tidak ada puskesmas dan pos TNI. Saya pun gundah bukan kepalang karena saya yang notabene orang yang baru datang ke PAPUA harus hidup di daerah super terpencil seperti itu.
Setelah penyambutan tadi kami pun diajak makan siang oleh pak Jaswadi selaku pengawas SD kab Keerom di rumah makan yang tidak jauh dari kantor dinas p&p.
Setelah makan siang kami berpisah. 6 orang ikut mobil xenia yg dikendarai oleh mas Andri dan sisanya ikut mobil dinas. Mas andri yang ingin bertemu anak didiknya dulu di Waris yang sekarang sudah bersekolah di SMP Arso. Namun ternyata anak didiknya sedang ke kebun mencari kayu bakar. Kemudian kami pergi ke Dekenat bertemu Pater Eman guna meminta nomor Pater-Pater yang ada di Ubrub dan Yuruf. Setelah berbincang-bincang cukup lama kami pun pamit untuk menuju ke Kodim karena ada tugas yg harus diselesaikan mas Andri.
Di tengah2 perjalanan sekitar pukul 13:30 ketika melewati lembah dengan pemandangan hutan pinggir teluk yang sangat indah. Mas Andri pun menawari kami untuk berfoto-foto namun teman-teman menolaknya karena waktu yang mepet. Mobil yang sudah sedikit menepi langsung berbelok kembali ke aspal. Tapi saat itulah ban belakang selip dan mobil oleng tidak terkendali dan mobil sempat berguling-guling sebanyak 2kali. Saya yang berada di seat tengah sisi kiri pun hanya bisa beristighfar dan berdoa smoga saya bisa tetap hidup dan selamat karena di pikiran saya hanya terbayang wajah bapak saya yang tinggal seorang diri di rumah setelah ditinggal ibu serta kakak saya meninggal di bulan September dan Maret.
Tak disangka dan tak terduga saya selamat. Saya kira hanya saya yang selamat karena melihat kecelakaan yang begitu dahsyatnya. Namun ternyata kami bertujuh bisa selamat tanpa luka-luka parah. Mungkin hanya saya yang terluka cukup parah karena telapak tangan kanan dan tangan kiri saya berdarah cukup banyak akibat terbentur kaca mobil yang pecah. Namun langsung bisa ditangani dengan baik karena ada kotak p3k yang masih ada di belakang mobil. Sontak saya hanya bisa duduk lemas dan bersyukur tiada henti kepada Allah karena kami masih diberi kesempatan kedua untuk hidup dan mengabdi di ujung timur Indonesia nan indah ini.

Sesaat setelah kecelakaan

Setelah kejadian tersebut, kami berlima sebagai penumpang mobil tadi diantar pulang dulu ke mess dinas di Kotaraja guna istirahat. Sementara mas Andri dan Evanda yg duduk di depan masih di TKP beserta teman-teman RGSB yag lain mengurus evakuasi mobil. Setibanya di rumas dinas pun saya langsung tidur di kamar bersama anggi yg sempat shock akibat kecelakaan tadi.
Setelah kecelakaan itu silih berganti beberapa orang dari Dinas dan kenalan mas Andri yang ada di sekitar Jayapura pun datang ke mess guna mengecek keadaan teman-teman RGSB. Mas Andri pun sibuk bukan main setelah kejadian itu karena selain harus mengurus mobil yang rusak cukup parah, ia juga harus mengurus keperluan kami yang masih kurang.
Akhirnya hari penerjunan pun tiba. Tepatnya hari Jumat 29 Agustus 2014 pukul setengah 6 pagi kami berangkat dari Mess Dinas di Abe menuju tempat penempatan dengan empat mobil. Dua mobil menuju distrik Web dan dua mobil lainnya menuju distrik Senggi. Setelah mengantarkan dua teman kami di Yabanda dan Yurub, akhirnya kami bertiga; saya, Azis, dan Anggi tiba di SD YPPK Ubrub pukul 14:00 WIT dan langsung menemui Pastor Willy yang ada di Pastoran Ubrub dekat dengan sekolah.
Instruksi dari Bapak Irianto mengharuskan saya dan Azis harus tinggal sementara terlebih dahulu di Ubrub bersama Anggi sembari menunggu kepastian dari masing-masing Kepala Sekolah tempat kami akan diterjunkan. Dan jika dalam jangka waktu seminggu tidak ada kabar pasti dari masing-masing Kepsek, kami harus melaporkan ke Dinas. Alhasil hingga akhir bulan  Agustus kami bertiga hanya tinggal di rumah guru sementara tidur beralaskan tikar di lantai dan adaptasi semampu kami dan berkunjung ke tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Ubrub.


WEB, KABUPATEN KEEROM






BAGUS DWI MINARNO